LEMBAR PENGESAHAN
Laporan
lengkap praktikum Biologi dengan judul “Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas
Organisme” yang disusun oleh
Nama : Asrianti
NIM/Kelompok : 1215040014 / 3
Kelas : Pendidikan Geografi
Jurusan : Geografi
telah diperiksa oleh Asisten dan Koordinator
Asisten maka dinyatakan diterima.
Makassar, Januari
2013
Koordinator Asisten Asisten
M. Irwan S.Pd M. Yusran Nur Arief
Nim. 071404093
Mengetahui,
Dosen penanggung jawab
Andi Rahmat Saleh, S.Pd M.Si
NIP. 1921231 198702 1 005
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Suhu
adalah ukuran energi gerakan molekul. Di samudera, suhu bervariasi secara
horizontal sesuai garis lintang dan juga secara vertikal sesuai dengan
kedalaman. Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur proses
kehidupan dan penyebaran organisme. Proses kehidupan yang vital yang secara
kolektif disebut metabolisme, hanya berfungsi didalam kisaran suhu yang
relative sempit biasanya antara 0-40°C, meskipun demikian bebarapa beberapa
ganggang hijau biru mampu mentolerir suhu sampai 85°C. Selain itu, suhu
juga sangat penting bagi kehidupan organisme di perairan, karena suhu
mempengaruhi baik aktivitas maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut.
Oleh karena itu, tidak heran jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan
yang terdapat di berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertentu
terhadap suhu. Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu,
disebut bersifat euryterm. Sebaliknya ada pula yang toleransinya kecil, disebut
bersifat stenoterm. Sebagai contoh ikan di daerah sub-tropis dan kutub mampu
mentolerir suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah tropis menyukai suhu yang
hangat. Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhannya. Ikan yang
berada pada suhu yang cocok, memiliki selera makan yang lebih baik.
Makhluk hidup pada
umumnya biasanya dapat bertahan hidup pada suhu sekitar 0o C – 40o
C. Sedang untuk suhu di bawah 0o C dan di atas suhu 40o
C hanya dapat ditolelir oleh hewan berdarah panas yang mampu hidup di bawah
titik beku karena memiliki bulu yang tebal serta suhu tubuh yang konstan. Pada
umumnya suhu rendah tidak langsung mematikan makhluk hidup tetapi makhluk hidup
tersebut seolah berhenti kehidupannya dan dikatakan melakukan hibernasi.
Hewan-hewan yang berada pada daerah subtropik biasanya akan mengalami hibernasi
( istirahat dan tidur ) pada musim dingin. Dan apabila suhu tersebut telah
kembali ke normal maka hewan-hewan tersebut akan bangun dan bangkit dari tidur
dan istirahat panjangnya kemudian melakukan aktivitasnya seperti sediakala.
Berdasarkan
pernyataan diatas, maka dilakukanlah percobaan yang berjudul pengaruh suhu terhadap
aktivitas organisme untuk dapat membandingkan kecepata penggunaan oksigen oleh organisme
pada suhu yang berbeda.
B. Tujuan
Praktikum
Melalui percobaan ini, mahasiswa
diharapkan dapat membandingkan kecepata penggunaan oksigen oleh organisme
pada suhu yang berbeda.
C.
Manfaat Percobaan
Kita dapat mengetahui perbandingan
kecepatan penggunaan oksigen oleh organisme pada suhu yang berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suhu
merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang paling jelas. Mudah diukur
dan sangat beragam. Suhu tersebut mempunyai peranan yang peting dalam megatur
aktivitas biologis organisme, baik hewan maupun tumbuhan. Ini terutama
disebabkan karena suhu mempengaruhi kecepatan reaksi kimiawi dalam tubuh dan sekaligus menentukan
kegiatan metabolik, misalnya dalam hal respirasi. Sebagaiamana halnya dengan
faktor lingkungan lainnya, suhu mempunyai rentang yang dapat ditolerasi oleh setiap organisme. Masalah ini dijelaskan
dalam kajian ekologi “ hukum tolerasi Shelford”. Dengan alat relatif sederhana,
percobaan tentang pegaruh suhu terhadap aktivitas respirasi organisme tidak
sulit dilakukan (Tim Penyusun, 2012).
Bila hewan
yang didapatkan pada habitat yang berbeda,
mereka hidup disuatu tempat maka mereka harus menyesuaiokan diri dengan
lingkungannya respirasi sendiri merupakan proses pertukaran gas oleh makhluk
hidup terhadap lingkungan yang terjadi dengan dua cara yaitu ekspirasi
(mengeluarkan CO2) dan inspirasi (O2 masuk kedalam
tubuh). Variasi lingkungan menimbulkan masalah yang berbeda bagi hewan dan
tumbuhan. Respirasi terbagi atas repirasi aerob dan respirasi anaerob.
Respirasi aerob adalah respirasi yang membutuhkan oksigen sedangkan respirasi
anaerob adalah respirasi yang tidak membutuhkan oksigen. Oksigen di dalam tubuh
disimpan dalam darah dalam bentuk oxyhemoglobin (HbO2) dan disimpan
dalam otot dalam bentuk oxymioglobin. Respirasi juga biasa didefenisikan
sebagai proses pembebasan energi yang tersisa sumber zat energi dalam tubuh
organisme melalui proses kimia dengan menggunakan oksigen. Zat sumber tersebut
terdiri atas zat organik seperti protein, lemak, karbohidrat, dan asam amino
(Soesilo, 1986).
Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh,
dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal
adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas
(warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah
ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan.
Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap
panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung
pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata,
ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas
tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan.
Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia. Pengaruh suhu
pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu poikiloterm dan
homoiterm. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh
bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti
ini juga disebut hewan berdarah dingin. Dan hewan homoiterm sering disebut
hewan berdarah panas. Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini
dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh.
Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda
akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuSh. Hewan homoiterm mempunyai variasi
temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor
lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang
dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air. Hewan berdarah panas adalah hewan
yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya
lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui
proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi
menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah
bangsa burung dan mamalia.hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu
tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya Beberapa adaptasi
hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan rambut pada
burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit
(Anonim, 2012).
Suhu merupakan salah satu faktor pembatas peneyebaran
hewan, dan selanjutnya menentukan aktivitas hewan. Rentang suhu lingkungan di
bumi jauh lebih besar dibandingkan dengan rentangan penyebaran aktivitas hidup.
Suhu udara di bumi terentang dari -700- +850 C. Secara
umum aktivitas kehidupan terjadi antara rentangan sekitar 00 – 400
C. Kebanyakan hewan hidup dalam rentangan suhu yang lebih sempit. Beberapa
hewan dapat bertahan hidup tetapi tidak aktif di bawah 00 C, dan
beberapa tahan terhadap suhu sangat dingin. Tidak ada hewan yang dapat hidup di
atas suhu 500 C, dan sedikit bacteria dan alga aktif dalam sumber
air panas dengan suhu 700 C (Soewolo, 2000).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu
dan Tempat
Waktu
praktikum
Hari/tanggal : Jumat, 28 Desember 2012
Waktu : Pukul 15.35 s.d 17.30 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi lantai III Barat FMIPA UNM.
Waktu : Pukul 15.35 s.d 17.30 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi lantai III Barat FMIPA UNM.
B. Alat
dan Bahan
1. Alat:
a. Termometer batang, 1 buah
b. Stopwatch/jam tangan
c. Toples, 2 buah
2. Bahan:
a. Ikan mas koki 2 ekor
b. Es batu
c. Air kran
d. Air panas
C. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan
Alat dan Bahan yang diperlukan.
2.
Mengambil 1 ekor ikan mas koki dan masukkan ke dalam becker glass/toples
A yang berisi air kran 30oC, dan aklimatisasi selama 1 menit. Hitung
dan catat frekuensi gesekan (buka tutup) operculum dalam 1 menit selama 5
menit.
3.
Mengambil ikan mas koki pada becker glass/toples A dan masukkan ke dalam
becker glass/toples B yang berisi air dingin, masukkan es batu hingga suhunya
mencapai 17oC, aklimatisasi selama 1 menit. Hitung dan catat
frekuensi gerakan (buka tutup) operculum dalam 1 menit selama 5 menit.
4.
Keluarkan ikan mas koki pada becker glass/toples B dan masukkan pada
becker glass/toples A yang berisi air panas 38oC, aklimatisasi
selama 1 menit. Hitung dan catat frekuensi gerakan (buka tutup) operculum dalam
1 menit selama 5 menit.
5.
Mencatat
hasi pada tabel pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
Becker Glass
|
Waktu (Menit ke-............)
|
Rerata
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
(A
Air keran (27o)
|
54
|
55
|
63
|
65
|
72
|
62
|
(B
Air dingin (16o)
|
55
|
45
|
43
|
33
|
23
|
39,4
|
Air panas (38o)
|
90
|
103
|
100
|
120
|
131
|
108.8
|
B.
Analisis Data
Kecepatan rata-rata menutup atau membuka Operculum
Air keran = 54 + 55 + 63 + 65 + 72
5
= 62 pergerakan/menit
Air dingin = 55 + 45 + 43 + 33 + 23
5
= 39,4 pergerakan/menit
Air panas = 90
+ 103 + 100 + 120 + 131
5
= 64 pergerakan/menit
C.
Pembahasan
Pada becker glass yang berisi air kran (37oC)
diperoleh frekuensi gerakan operculum ikan mas koki pada menit pertama yaitu
sebanyak 54
kali, menit kedua 55 kali, menit ketiga 63, menit keempat 65, dan menit kelima sebanyak 72 kali. Dari kelima data tersebut maka diperoleh
rata-rata gerakan operculum adalah sebanyak 62
pergerakan/menit. Menurut teori
pada suhu tersebut aktivitas ikan tidak begitu tinggi sehingga kebutuhan
oksigennya stabil dan gerakan operculum atau proses respirasinya juga ikut
stabil karena insang ikan tidak menimbang terlalu besar dan berkerut seperti
halnya pada suhu dingin atau panas.
Pada becker glass yang berisi air dingin
(16oC) diperoleh frekuensi gerakan operculum ikan mas koki
pada menit pertama yaitu sebanyak 53 kali, menit kedua 45 kali, menit ketiga 43 kali, menit keempat 33 kali, dan menit kelima 23 kali. Dari kelima data tersebut maka diperoleh
rata-rata gerakan operculum adalah sebanyak 39
pergerakan/menit. Berdasarkan
hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa pada becker glass (air dingin 17oC) menunjukkan
bahwa pada air dengan suhu yang dingin ikan melakukan respirasi dengan lambat.
Gerakan operculum ikan mas koki pada air dingin lebih kecil dibandingkan pada
suhu air panas. Hal ini menunjukkan bahwa pada suhu yang rendah ikan mas koki
melakukan respirasi lebih lambat dibandingkan pada suhu yang lebih tinggi.
Sesuai dengan teori bahwa respirasi ikan mas koki pada suhu dingin aktivitasnya
lebih ringan dibandingkan pada suhu yang panas sehingga kebutuhan oksigennya
juga lebih sedikit karena energi yang diperlukan juga tidak begitu banyak.
Berdasarkan pengamatan pada becker glass
yang berisi air panas (38oC) diperoleh data jumlah gerakan operculum
ikan mas koki yang dimasukkan ke dalam air kran adalah pada menit pertama
sebanyak 90
kali, menit kedua sebanyak 103 kali, menit ketiga sebanyak 100 kali, menit keempat sebanyak 120 kali, dan menit kelima sebanyak 131 kali. Dari kelima data tersebut maka diperoleh
rata-rata gerakan operculum adalah sebanyak 108,8
pergerakan/menit. Berdasarkan
hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa pada becker glass (air panas 38oC) menunjukkan bahwa
pada air dengan suhu yang tinggi ikan melakukan respirasi dengan sangat cepat.
Menurut teori, kebutuhan oksigen suatu organisme pada suhu tinggi cukup besar.
Besarnya kebutuhan oksigen ini karena pada suhu yang panas ikan membutuhkan
banyak energi dalam respirasinya karena pada suhu tersebut aktivitas meningkat.
Perbedaan rata-rata frekuensi gerakan
operculum ikan mas koki ini terjadi karena adanya perbedaan suhu. Hal ini dapat
kita lihat pada hasil pengamatan bahwa pada setiap suhu ikan mas koki memiliki
perbedaan jumlah gerakan operculum. Dapat kita lihat bahwa pada suhu yang
tinggi (air panas) rata-rata gerakan operculum ikan mas koki setiap menitnya
cepat dibandingkan pada suhu normal dan suhu dingin. Sesuai dengan teori bahwa
semakin panas suhu maka semakin besar pula aktivitas organisme khususnya proses
respirasi pada ikan mas koki karena kecepatan penggunaan oksigen ikan mas koki
pada suhu panas lebih besar dibandingkan suhu dingin dan suhu normal.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suhu sangat berperan penting dalam
mengatur segala aktivitas biologis organisme, baik hewan maupun tumbuhan. Pada
suhu (38oC), kecepatan respirasi ikan lebih tinggi. Hal ini
disebabkan karena pada suhu tersebut jumlah oksigen yang tersedia lebih
sedikit. Pada suhu (16oC), kecepatan respirasinya lebih rendah
karena aktivitas organisme yang kurang aktif dan metabolisme ikan manurun. Pada
suhu normal (27oC), kecepatan respirasi organisme /ikan normal,
karena pada suhu ini merupakan suhu optimum dimana organisme dapat hidup dengan
baik.
B. Saran
1.
Untuk laboran
Sebaiknya alat-alat yang disediakan laboratorium dibersihkan,
sehingga praktikan tidak menggunakan alat yang kurang bersih.
2.
Untuk praktikan
Pada praktikum ini, diperlukan ketelitian mata dalam
melihat hasil pengamatan.
3.
Untuk asisten
sebaiknya
asisten mendampingi kelompok yang kurang memahami percobaan yang
dipraktikumkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2012. Sistem-termoregulasi. http://wordpress.com. Diakses
pada tanggal 31 Desember 2012.
Soesilo. 1986. Biologi jilid
2. Jakarta : Erlangga.
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi
Hewan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Tim
Penyusun. 2012. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Jurusan Biologi
FMIPA UNM. Makassar.
LAMPIRAN
Jawaban
Pertanyaan
1. Mengapa terjadi perbedaan frekuensi gerakan
Operculum ikan pada suhu air yang berbeda?
Jawab : Terjadi perbedaan frekuensi gerakan operculum pada masing-masing
becker glass, karena aanya perbedaan suhu yang mempengaruhi aktivitas ikan.
Dimana smakin tinggi suhunya, semakin besar pula frekuensi operculum sebagai
bentuk adaptasi terhadap lingkungan dengan temperatur yang tinggi. Demikian
pula pada suhu yang rendah, maka gerakan operculum ikan juga lambat. Hal ini
terjadi karena suhu rendah menyebabkan aktivitas ikan mas koki juga rendah sehingga
gerakan operculumnya juga lambat.
2. Pada suhu berapa frekuensi gerakan
(buka tutup) operkulum tertinggi?
Jawab: pada suhu 38C
3. Pada suhu berapa frekuensi gerakan
(buka tutup) operkulum terendah?
Jawab:
pada suhu 16C
4. Mengapa terjadi perbedaan frekuensi
gerakan (buka tutup) operculum ikan berdasar suhu air?
Jawab: terjadinya perbedaan frekuensi gerakan operculum berdasarkan suhu
air karena adanya suhu air yang berbeda-beda yaitu suhu air panas, dingin ,kran
atau normal.
Lampiran internet
egivet10uh.wordpress.com/2012/03/27/termoregulasi
SISTEM TERMOREGULASI
Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh,
dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal
adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas
(warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah
ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan.
Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap
panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung
pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata,
ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas
tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan.
Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia. Pengaruh suhu
pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu poikiloterm dan
homoiterm. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh
bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti
ini juga disebut hewan berdarah dingin. Dan hewan homoiterm sering disebut
hewan berdarah panas. Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini
dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh.
Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda
akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuSh. Hewan homoiterm mempunyai variasi
temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor
lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang
dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air. Hewan berdarah panas adalah hewan
yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya
lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui
proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi
menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah
bangsa burung dan mamalia.hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu
tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya Beberapa adaptasi
hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan rambut pada
burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar